25 enero 2008

Norak vs Kampungan

Pernah liat TV Show / Reality Show kek Supermama, ato Dangdut Mania kan. Nah disitu kan ada tuh, juri yang komentar tentang kostum peserta, macam-macam gaya peserta, beragam pula komentar jurinya.
Ada yang cuma kaosan dibilang kek mo ke tempat temen, ada yang nambahin dikit-kaosan tambah hem ato blazer/jaket, eh dibilangin kek mo ke Mal, ada juga yang terlalu rame...dibilangin kek mo kondangan ato ke pantai, jadi gak pas untuk sebuah Stage Performance.

Begitulah, seperti definisi umum tentang 'adil', menempatkan sesuatu pada tempatnya, maka kadang-kadang 'ego' harus tunduk pada kewajaran yang lazim, karena kalo terlalu nyeleneh bisa dianggap ke-kanak2-an, terlalu simpel itu kampungan, terlalu banyak detil dan warna-warni itu norak.

Ok, itu baru bagian intro dari cerita yang mo aku bagi.
Seorang Dosen Muda [sebenarnya seh dah nggak muda lagi, cuma masih di anggap tergolong dosen muda], ngasih tugas akhir pengganti ujian semester untuk mahasiswanya, awalnya redaksi tugasnya itu kira2 begini,"buatlah media pembelajaran/pengajaran untuk SMA dalam bentuk web, untuk satu kali pertemuan/tatap muka".

Hari gini tugas kek gitu untuk anak2 sekarang jelas nggak terlalu sulit.
Maka pada hari H, tugas itu dikumpulin, dan di presentasikan, awalnya seh yang mo dipresentasikan tentang teknis pembuatan, tetapi kemudian beliau [sang dosen] menjadi tidak fokus [karena kalo sedang ngajar di kelas dia eh beliau, suka bercerita tentang keampuhannya waktu praktek ngajar, jadi seperti penyakit lama yang selalu kambuh, mahasiswanya juga disuruh mempresentasikannya materi pelajarannya juga].

[Inti ceritanya disini neh]. Ada dua orang mahasiswa yang materinya agak berbeda dengan sekitar 40-an lainnya, mungkin karena terpengaruh oleh model/bentuk tugas yang 40-an lainnya itu, sang dosen akhirnya memvonis langsung, bahwa tugas orang dua ini berbeda, dan dianggap seadanya.
Seperti apa hasil pekerjaan yang 40-an orang itu; mereka membuat halaman web dengan frame, di halaman depannya dibuatkan 'Welcome-nya', warna-warni, di bubuhi beberapa animasi, kursor juga beranimasi. pada halaman materi, warna-warni juga, ada animasi flash.
Sementara yang dua orang itu, membuat materi tanpa 'welcome2-an', menggunakan model template blog yang satu halaman dengan link2 menuju bagian bawah atao atas halaman, tidak warna-warni.

Karena dibilangin seadanya, maka yang 2 orang itu, memberikan pembelaan kira2 begini;
"Sebenarnya tugas ini untuk anak SMA apa SD sih ?"
"Apa perlu setiap mulai materi ada welcome-nya, trus apa warna-warni dan semua animasi itu membantu siswa lebih cepat nangkap/paham, apa gak malah men-distract mereka?"
"Terakhir online kapan, kok gak tau kalo model CMS/blog lebih diminati dan sedang tren bukan website yang ala kabaret/pasar malam itu!"
"Baca lagi deh buku2 tentang perkembangan intelektual siswa, anak SMA itu kan dah pada tahap berpikir abstrak-hipotesis, jadi apa perlu semua di-animasi-kan, apa gak latah itu namanya?"
Welehhh...kok gini jadinya.
[jadi yang mana model web yang norak dan yang mana yang kampungan?]

[hayooo...yang tidak berkompeten sapa ?]
[butuh kedewasaan untuk menerima kebenaran !]



d^¿^þ


```3 Doors Down - Citizen Soldier[5.15]```

Resolusi Perut 2008

Kepada yth pimpinan Endonesa

tabik ! salam sejahtera untuk anda dan keluarga !
langsung saja, saya ingin mengutarakan kegelisahan saya akan skala prioritas anda, saya makin ragu dengan kemampuan anda, dan saya agak menyesal dulu memilih anda, saya pilih anda di pemilu putaran terakhir karena pilihan yang satunya itu sedikit lebih bodoh dari anda, jadi anda kira2 pada posisi best of the worst. karena saya adalah warga yang baik, terpaksa hak suara saya, saya berikan kepada anda.

maaf, tadi saya dah bilang langsung saja tapi masih berbelit-belit. begini, tolong pikirkan lagi sebenarnya apa yang jadi kebutuhan utama rakyatmu, kebutuhan primer itu makan, kan ?
Dan sekarang pemerintahanmu sudah 4/5 jalan, kenapa rakyatmu makin susah makan, kenapa harga beras, minyak goreng, dan tempe sebagai pengganti lauk, meroket menuju bulan.

kita bukan singapura, yang tidak punya lahan untuk bercocok tanam, kita juga bukan monaco ato malaysia yang kekurangan orang untuk menggarap lahan/bertani.
dan anda bukan-lah orang yang bodoh, tapi anda mempunyai gelar akademis yang tidak rendah yang berhubungan dengan pangan.

tapi kenapa ?
sudah hampir tahun kelima, untuk mencukupi bahan pangan harus ng-impor semua...?

mao kemana negeri ini ?

jangan sampai mbah-pram bangkit lagi, dan bilang "bubarkan saja negeri ini !"

dari:

warga yang baik-
petani yang ulet.

d^¿^þ

```The Feeling - I Thought It Was Over```