15 marzo 2008

Masih ada Orang Baik

Jam 12.15-an siang 27 feb 2008, aku sedang berada di sebuah toko komputer di kawasan pecinan Kota Padang, seorang pria muda datang dengan terburu-buru dan dengan wajah gusar, langsung menyodorkan sebuah flasdisk dan faktur pembelian yang bertanggal 27 feb 2008 jam 9.30 pagi....

Dia merasa gusar karena, dia membeli flasdisk 1 GB, tapi yang dia dapatkan adalah flasdisk 2 GB, dan dia merasa tidak nyaman memakai sesuatu yang tidak sesuai atau bukan haknya dalam bentuk lain.

aku nggak tau akhirnya kek gimana, tapi paling tidak membuat aku yakin untuk mengajak dirimoe semoea untuk teteup mencoba untuk berbuat hal2 positip, karena kamoe nggak sendiri, masih ada orang2 baik di negeri kita ini. Ayo berlomba dalam kebaikan !

d^¿^þ

```Maliq n d'Essentials - Dia Delon ft Irene - Indah Pada Waktunya```

Genetika Kasih Sayang

Darwin memulai teori evolusinya yang semrawut itu dengan semangat Agnostik, kemudian diilhami oleh hasil penelitian tersebut dengan semangat keimanannya Mendell sukses menemukan hukum2 tentang pewarisan sifat pada keturunan yang kemudian disebut genetika.
Sehingga kemudian orang tahu sifat apa saja dan bagaimana sifat tersebut diwariskan.
Maka berderet-deretlah; asma, diabetes, buta warna, agresi, obesitas dan bakat untuk bunuh diri sebagai sesuatu yang menurun.

Maka seperti Daniel Goleman yang sok2an menahbiskan diri sebagai penggagas Teori Multiple Intelligence, maka agak mirip dengan itu, ku-umumkan juga bahwa ada satu lagi sifat yang diwariskan; 'kasih sayang operasional'
Kenapa disebut kasih sayang operasional? Wah..itu pertanyaan yang gampang sekali,..Ya,...karena aku yang nulis !

Syahdan disekitar akhir tahun 70-an, tersebutlah seorang pria bersekolah di kota yang berjarak sekira 130 km ke arah utara kampungnya, seorang anak pertama dari dua bersaudara.
Tahun2 diakhir 70-an adalah tahun yang buruk, susah, baru mencoba menggeliat setelah perang saudara dalam bentuk lain yang bernama Tragedi GESTOK-PKI[aku agak bingung dengan istilah
G30S/PKI, coba deh baca lagi buku sejarah dan liat tanggalnya].
Jadi jalan raya waktu itu mirip kubangan kerbau, jarak 130 km itu lebih cepat kalo ditempuh dengan sepeda onthel daripada naik bis, naik bis bisa sampai 2-hari-2-malam,sedangkan kalo bersepeda cuma 12 jam, [sebagai tambahan deskripsi] jalur sepeda di jaman itu lebarnya cuma sejengkal, tapi sangat bersih dan terkesan terawat meski tanah liat.

Si Bujang punya jadwal pulang yang teratur, karena waktu libur adalah waktu untuk membantu orang tua di rumah, atau sekedar bersenda gurau dengan teman2 lama yang tidak melanjutkan sekolah ke kota karena perekonomian yang sulit.
Tapi hari itu, hari yang mestinya Si Bujang dah sampai di rumah sore itu, membikin seisi rumah gusar.
Maka demi Si Bujang, malam ini juga Pak Gaek mengecek sepedanya, menyiapkan tas bututnya, untuk segera berangkat besok pagi seusai shalat subuh menyusul Si Bujang. Menjelang dhuhur sebelum mendaki di pendakian Bukit Pulai [dalam peta Topografi Indonesia keluaran Cornell University tanjakan itu punya tinggi sekira 279 m].

Dari puncak Si Bujang menyiapkan rem berupa potongan kayu/pohon yang ditambatkan pada sepeda, karena turunan se-curam itu pilihannya hanya ada sepeda dituntun ato nyoba extreme sport ala 70-an, begitu bendera start extreme sportnya dikibarkan sendiri, terlihatlah seorang tua sedang mendaki dengan susah payah, karena dia hafal betul postur dan gerak tubuh orang itu, Si Bujang malah jadi ragu, jangan2...jangan2 !
Tidak ada pilihan lain, kedua bergerak saling mendekati dalam kerangka Relativitas Einstein dengan kecepatan Newton dan jauh dari Konstraksi Lorentz [11 kata terakhir,..orang Belanda bilang:niet belangrijk a.k.a gak penting].

Setelah dekat barulah Si Bujang yakin, ternyata beliau adalah Ayahanda tercinta, menuntun sepeda, kemudian bertegur sapa.
"Mo kemana Pak ?" tanya Si Bujang.
"Ini tadi mak-moe minta saya untuk mengunjungi paman-moe di B (masih 20 km lagi kearah belakang Si Bujang), nggak tau kenapa, tiba2 mak-moe pingin tau aja kabar paman-moe itoe" jawab Ayahanda.
Si Bujang yang sudah kenal betul Ayahnya ini, dapat merasakan bahwa jawaban Ayahanda mengandung 50% kebenaran, dan 50% lagi kebenaran yang disembunyikan.
"Trus, ini Bapak mo ngelanjutin perjalanan sendiri kesana..?" tanya Si Bujang.
"Hmmm...gimana ya,..begitu nyampe sini, Bapak dah agak males ngelanjutin bersepedanya kesitu, besok ato lusa ajalah..." jawab Pak Gaek.
Si Bujang menyimpan senyumnya dalam hati [apa gw bilang...cuma 50% !]
"Jadi kita pulang neh, Pak !"
"Ayo-lah, nanti Bapak beritahu Mak-moe, kalo Bapak kesananya minggu depan aja !"

30-tahun kemudian Si Bujang I sudah harus menjalani peran sebagai Pak Gaek Jr ato Pak Gaek II, Si Bujang II, seorang anak pertama dari dua bersaudara, dengan warisan kebebalan dan kebengalan (untungnya, resesif!), bersekolah di tempat yang berjarak sekira 1.259 km kearah tenggara kampungnya.
Si Bujang II suka berangkat sendiri, dan hampir tidak pernah menempuh cara dan rute yang sama setiap pulang/pergi.

Maka suatu pagi di sebuah kota agak ke tenggara Sumatera, Si Bujang II menerima tilpun dari Pak Gaek II,"Jam berapa kamu sampai di situ?"
"Ini nih tadi Ibu-moe nyuruh Bapak nanyain kamu dah sampai pa belum, sambil nungguin Ibu-moe bersiap2 ke sekolah -yang lama banget spt biasa-, Bapak telpon kamu."
1 jam kemudian,"Kamu jadi ke tempat temenmu itu (menyebut komplek staf pengajar PTN), mending nunggu disitu aja, berangkatnya nanti siang kan?".
"Ini tadi Bapak abis nganterin Ibu-moe ke sekolah, kebetulan ban belakangnya agak kempes, jadi Bapak ke wartel aja, karena tukang tambal ban meriksanya agak lama".
Si Bujang II mengulum senyum, dia juga sudah kenal betul Bapaknya, dan enggak peduli "kebenaran 50%" seperti kisah diakhir 70-an itu, dia tahu betul he loves his Dad as is !

d^¿^þ

```Pas Band - Aku```

14 Februari dan Bau Uap Nasi

Aku tidak akan katakan tanggal ini adalah tanggal luar biasa, tapi aku juga tidak akan mengutuknya, tidak ada yang salah dengan tanggal 14. Aku masih ingat dulu waktu SD, menemani bapak belanja barang2 keperluan bulanan, biasanya pagi2 sekali, momen menarik waktu itu adalah si penjaga toko menyobek sebuah kalender model lama berukuran setengah folio, dengan tulisan angka tanggal hari kemaren, jadi aku mau mengatakan bahwa tanggalan 14 itu hanya masalah kertas yang di-tanggal-kan dan ketemu angka selanjutnya, let it More...go, let they go ! [who?]

Posting ini mau bercerita tentang rumah di jalan melati, yang terlihat di peta sebelah kanan blog/tulisan ini, 14 februari malam waktu lagi seru2nya nonton kyle si-norak amerikan aidol, terdengar teriakan dengan logat Bali, "ma-thi-kan lis-thrik, ma-thi-kan lis-thrik,...cepa-th, cepa-th keluar...ada kebakaran...", ternyata tetangga depan rumah yang dari Bali ngasih tau kalo 3 rumah ke arah selatan dari tempatku ada kebakaran...lumayan besar apinya, tapi karena terletak dipinggir jalan raya, kurang dari 30 menit apinya dapat dipadamkan, nah situasi2 kek gini kadang2 seru juga untuk iseng mencari tau tentang bagaimana orang menginformasikan sesuatu berdasarkan fakta atau tidak, atau menikmati bombastis masyarakat melayu. Yang terbakar adalah bagian atap dapur dari sebuah warung makan, kemungkinan disebabkan arus pendek listrik, tapi pada saat kebakaran ada yang menyebutkan kompor gasnya meledak [sama sekali nggak terdengar ada ledakan sebelumnya], atau yang memaksakan sudut pandang yang laen, "tukang masaknya itu keasyikan pacaran, jadi lupa sama kompor (minyak), trus kompor itu-lah yang meledak".

Meskipun begitu musibah ini lumayan membuat suasana jadi rame, seru juga [mode tidak berperasaan ON], karena selama hampir dua bulan terakhir kompleks ini sepi, apalagi tempatku, biasanya ada empat orang, maka dua bulan ini aku sering sendiri di rumah, sepi, capek, bosan.
Dan malam ini, hampir jam 10 malam, tiba2 teriakan logat Bali itu terdengar, dan selang beberapa menit menguik2, terdengar sirine mobil pemadam kebakaran, dan beberapa menit kemudian aku menonton kebakaran itu sambil ngobrol dengan seorang profesor, Profesor Prayitno Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, seru 'kan ? kebakaran asik kan ? [mode tidak berperasaan masih ON].

Tapi cuma sebentar, api sudah padam, keramaian bubar, kembali ke rumah, ketemu tipi yang sudah menjadi kotak ajaib yang membosankan semenjak hak siar liga premier inggris dibeli tv kabel astro. fiuuhhh...astro BREMSEP !
Nah kalo dah kek gini aku jadi ingat pertanyaan2 orang2 yang percaya bahwa hantu itu ada dan perlu merasa takut karenanya. "Gak takut (sama hantu kalo lagi) sendirian di rumah ?"

Aku cuma takut sama orang gila dan orang mabuk, ya, ini bukan kalimat yang mengandung "preferensi" lebih takut atau sangat takut. Bagiku hantu itu tidak ada, jadi kenapa sampai bisa ada yang takut dengan sesuatu yang tidak ada?

Trus biasanya orang yang bertanya tadi akan memindahkan isunya menjadi,"Iya, maksud saya jin, jin yang suka mengganggu !"
Waahhh...ini makin ruwet, pengetahuan agamaku masih sedikit jadi nggak bisa mejelentrek-kan dalil2, tapi sejauh yang ku tahu, sedikit sekali interaksi yang bisa dilakukan jin terhadap manusia, karena perbedaan alamnya, yang paling sering terjadi hanyalah berupa bisikan2, bukan penampakan.
Jadi kalo ada acara ghostbuster bersorban di tv, insyaAllah mereka adalah aktor2 yang baik !

Umur 2-4 taun aku tinggal di rumah dinas bekas rumah sakit Belanda(±250 km selatan Padang), sebuah rumah panggung yang luas sekali, mungkin ada sekitar setengah lapangan bola, sehingga aku bisa belajar sepeda hanya di ruang tengah. Orang selalu bercerita tentang bermacam hantu yang mereka lihat dan dengar disitu sebelumnya, tapi selama tinggal 2 tahun disitu, gak ada kejadian yang dapat membuktikan kebenarannya.
Pernah juga mencoba ngundang jailangkung, dengan semua ubo rampe yang se-lengkap2nya, sampai untuk badan bathok/siwur-nya itu dicabutin kijing di kuburan kampung terdekat, udah satu kos2an bau kemenyan jailangkungnya gak datang2 juga.

Tapi sejak kecil aku dah mencoba2 melakukan semacam metode semi-empiris untuk mencoba me-mindai keberadaan sesuatu yang disebut kebanyakan orang hantu itu.
Berawal dari pengalaman masa kecil, waktu berguru mengaji selepas maghrib di tempat seorang Uwo Nakan yang beraliran NU, rumahnya agak terpencil di belakang rumah2 lain, di tepi sawah dan selokan dan dibawah pohon durian yang besar yang di isukan ditunggui sesuatu yang telah sukses membuat seorang anak cewek [yang subhanalLah cantiknya] yang tinggal dekat situ jadi bisu.
Setiap temen2ku merasakan ke-ngerian yang entah beneran, entah dibuat2, aku dapat mencium sebuah bau yang sama, bau uap penanakan/memasak[<

Maka kemudian ketika bersama seorang teman melewati pertigaan sumur tua di pelosok Dusun berbatu Ngebeng, Wuryantoro, Wonogiri. Temenku itu, seorang Protestan yang taat yang mengaku bisa melihat makhluk halus, memberikan laporan pandangan mata, bahwa di tempat yang memang sudah di-wanti2 oleh Pak Camat dan Lurah itu, temen ku melukiskan bahwa ada seorang ibu2 muda menimba air (nimba air jam setengah sepuluh malam; bisa aja seh, itu orang beneran tapi rumah terdekat dari situ sekira 50 m) dan aku mencium bau, bau uap nasi.

Beberapa kali naik gunung di Jateng dan Jatim, kebetulan ada juga yang berbakat cenayang (benar 'pa nggak, walahu a'lam) sering ikutan kelompokku, meski hampir di setiap gunung punya nama2 syerem, kek jembatan setan, pasar bubrah(jin) etc, dia cuma sekali memberikan laporan pandangan mata, di pos 3 gunung lawu [kalo naik dari Magetan], lagi asik2nya minum milo anget jam 1 dinihari dia memberikan laporan pandangan mata, dan lagi2 kemudian mengingatkan ku pada bau, di pojok belakang rumah guru ngajiku waktu SD, bau uap nasi...

[Jadi...]

d^¿^þ

```Tompi_-_Sedari dulu```