15 marzo 2008

14 Februari dan Bau Uap Nasi

Aku tidak akan katakan tanggal ini adalah tanggal luar biasa, tapi aku juga tidak akan mengutuknya, tidak ada yang salah dengan tanggal 14. Aku masih ingat dulu waktu SD, menemani bapak belanja barang2 keperluan bulanan, biasanya pagi2 sekali, momen menarik waktu itu adalah si penjaga toko menyobek sebuah kalender model lama berukuran setengah folio, dengan tulisan angka tanggal hari kemaren, jadi aku mau mengatakan bahwa tanggalan 14 itu hanya masalah kertas yang di-tanggal-kan dan ketemu angka selanjutnya, let it More...go, let they go ! [who?]

Posting ini mau bercerita tentang rumah di jalan melati, yang terlihat di peta sebelah kanan blog/tulisan ini, 14 februari malam waktu lagi seru2nya nonton kyle si-norak amerikan aidol, terdengar teriakan dengan logat Bali, "ma-thi-kan lis-thrik, ma-thi-kan lis-thrik,...cepa-th, cepa-th keluar...ada kebakaran...", ternyata tetangga depan rumah yang dari Bali ngasih tau kalo 3 rumah ke arah selatan dari tempatku ada kebakaran...lumayan besar apinya, tapi karena terletak dipinggir jalan raya, kurang dari 30 menit apinya dapat dipadamkan, nah situasi2 kek gini kadang2 seru juga untuk iseng mencari tau tentang bagaimana orang menginformasikan sesuatu berdasarkan fakta atau tidak, atau menikmati bombastis masyarakat melayu. Yang terbakar adalah bagian atap dapur dari sebuah warung makan, kemungkinan disebabkan arus pendek listrik, tapi pada saat kebakaran ada yang menyebutkan kompor gasnya meledak [sama sekali nggak terdengar ada ledakan sebelumnya], atau yang memaksakan sudut pandang yang laen, "tukang masaknya itu keasyikan pacaran, jadi lupa sama kompor (minyak), trus kompor itu-lah yang meledak".

Meskipun begitu musibah ini lumayan membuat suasana jadi rame, seru juga [mode tidak berperasaan ON], karena selama hampir dua bulan terakhir kompleks ini sepi, apalagi tempatku, biasanya ada empat orang, maka dua bulan ini aku sering sendiri di rumah, sepi, capek, bosan.
Dan malam ini, hampir jam 10 malam, tiba2 teriakan logat Bali itu terdengar, dan selang beberapa menit menguik2, terdengar sirine mobil pemadam kebakaran, dan beberapa menit kemudian aku menonton kebakaran itu sambil ngobrol dengan seorang profesor, Profesor Prayitno Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, seru 'kan ? kebakaran asik kan ? [mode tidak berperasaan masih ON].

Tapi cuma sebentar, api sudah padam, keramaian bubar, kembali ke rumah, ketemu tipi yang sudah menjadi kotak ajaib yang membosankan semenjak hak siar liga premier inggris dibeli tv kabel astro. fiuuhhh...astro BREMSEP !
Nah kalo dah kek gini aku jadi ingat pertanyaan2 orang2 yang percaya bahwa hantu itu ada dan perlu merasa takut karenanya. "Gak takut (sama hantu kalo lagi) sendirian di rumah ?"

Aku cuma takut sama orang gila dan orang mabuk, ya, ini bukan kalimat yang mengandung "preferensi" lebih takut atau sangat takut. Bagiku hantu itu tidak ada, jadi kenapa sampai bisa ada yang takut dengan sesuatu yang tidak ada?

Trus biasanya orang yang bertanya tadi akan memindahkan isunya menjadi,"Iya, maksud saya jin, jin yang suka mengganggu !"
Waahhh...ini makin ruwet, pengetahuan agamaku masih sedikit jadi nggak bisa mejelentrek-kan dalil2, tapi sejauh yang ku tahu, sedikit sekali interaksi yang bisa dilakukan jin terhadap manusia, karena perbedaan alamnya, yang paling sering terjadi hanyalah berupa bisikan2, bukan penampakan.
Jadi kalo ada acara ghostbuster bersorban di tv, insyaAllah mereka adalah aktor2 yang baik !

Umur 2-4 taun aku tinggal di rumah dinas bekas rumah sakit Belanda(±250 km selatan Padang), sebuah rumah panggung yang luas sekali, mungkin ada sekitar setengah lapangan bola, sehingga aku bisa belajar sepeda hanya di ruang tengah. Orang selalu bercerita tentang bermacam hantu yang mereka lihat dan dengar disitu sebelumnya, tapi selama tinggal 2 tahun disitu, gak ada kejadian yang dapat membuktikan kebenarannya.
Pernah juga mencoba ngundang jailangkung, dengan semua ubo rampe yang se-lengkap2nya, sampai untuk badan bathok/siwur-nya itu dicabutin kijing di kuburan kampung terdekat, udah satu kos2an bau kemenyan jailangkungnya gak datang2 juga.

Tapi sejak kecil aku dah mencoba2 melakukan semacam metode semi-empiris untuk mencoba me-mindai keberadaan sesuatu yang disebut kebanyakan orang hantu itu.
Berawal dari pengalaman masa kecil, waktu berguru mengaji selepas maghrib di tempat seorang Uwo Nakan yang beraliran NU, rumahnya agak terpencil di belakang rumah2 lain, di tepi sawah dan selokan dan dibawah pohon durian yang besar yang di isukan ditunggui sesuatu yang telah sukses membuat seorang anak cewek [yang subhanalLah cantiknya] yang tinggal dekat situ jadi bisu.
Setiap temen2ku merasakan ke-ngerian yang entah beneran, entah dibuat2, aku dapat mencium sebuah bau yang sama, bau uap penanakan/memasak[<

Maka kemudian ketika bersama seorang teman melewati pertigaan sumur tua di pelosok Dusun berbatu Ngebeng, Wuryantoro, Wonogiri. Temenku itu, seorang Protestan yang taat yang mengaku bisa melihat makhluk halus, memberikan laporan pandangan mata, bahwa di tempat yang memang sudah di-wanti2 oleh Pak Camat dan Lurah itu, temen ku melukiskan bahwa ada seorang ibu2 muda menimba air (nimba air jam setengah sepuluh malam; bisa aja seh, itu orang beneran tapi rumah terdekat dari situ sekira 50 m) dan aku mencium bau, bau uap nasi.

Beberapa kali naik gunung di Jateng dan Jatim, kebetulan ada juga yang berbakat cenayang (benar 'pa nggak, walahu a'lam) sering ikutan kelompokku, meski hampir di setiap gunung punya nama2 syerem, kek jembatan setan, pasar bubrah(jin) etc, dia cuma sekali memberikan laporan pandangan mata, di pos 3 gunung lawu [kalo naik dari Magetan], lagi asik2nya minum milo anget jam 1 dinihari dia memberikan laporan pandangan mata, dan lagi2 kemudian mengingatkan ku pada bau, di pojok belakang rumah guru ngajiku waktu SD, bau uap nasi...

[Jadi...]

d^¿^þ

```Tompi_-_Sedari dulu```

No hay comentarios: